KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.saya ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan untuk membuat makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "MANUSIA DAN CINTA KASIH" Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Bekasi 05-04-2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalahnya adalah Manusia pada hakikatnya tidak akan dapat terpisahkan dari Cinta kasih dan sayang. Cinta kasih Ideal itu adanya tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman dan kemesraan atau sering juga di sebut Segitiga Cinta yang satu sama lain harus sinergi, selaras, seimbang satu sama lain.
BAB II
PEMBAHASAN
MANUSIA DAN CINTA KASIH
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan kasih itu hamper sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang hamper sama, antara keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah pada orang atau yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Erich Fromm (1983: 24-27) dalam bukunya Seni Mencintai menyebutkan bahwa cinta itu terutama member, bukan menerima, dan member merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam member adalah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyertakan unsure-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan.
Dr. Sarlito W. Sarwono mengemukakan bahwa cinta itu memiliki tiga unsure, yaitu ketertarikan, keintiman, dan kemesraan. Keterikatan adalah perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas hanya untuk dia. Keintiman yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara Anda dan dia sudah tidak ada jarak lagi sehingga panggilan-panggilan formal seperti Bapak, Ibu, Saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan seperti sayang. Sedangkan kemesraan adalah adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen jika jauh dan lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang. Ketiga unsur cinta tersebut sama kuatnya, jika salah satu unsur cinta itu tidak ada maka cinta itu tidak sempurna atau dapat disebut bukan cinta.
Secara sederhana cinta kasih adalah perasaan kasih sayang yang dibarengi unsur terikatan, keintiman dan kemesraan (Cinta Ideal / Segitiga Cinta) di sertai dengan belas kasihan, pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab yang diartikan akibat yang baik, positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan dan kebahagiaan.
Pengertian Kasih Sayang
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadaminta yitu perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka pada seseorang. Dalam berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Dalam kasih sayang sadar atau tidak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduannya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Seorang remaja menjadi frustasi, morfinis, berandalan dan sebagainya itu disebabkan karena kekurangan perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
Salah satu cara hal yang paling lazim dalam menjawab sebuah pertanyaan "Apakah cinta itu?", yaitu dengan cara mengaku bebal, dengan mengemukakan bahwa tak seorangpun bisa mendefinisikan cinta, atau bahwa setiap orang memiliki definisi cinta tersendiri, sehingga tak ada definisi tunggal yang mencakup semua orang. Di antara semua pengalaman yang dimiliki manusia, cinta merupakan perasaan kasih, sayang dan asmara.
Menurut Scott Peck, "Cinta adalah keinginan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara pertumbuhan spiritual sendiri atau perkembangan spiritual orang lain. Cinta sejati selalu membawa pertumbuhan, bukan bersifat posesif yang obsesif (keinginan memiliki dilandasi motivasi yang salah, yaitu hanya untuk menyenangkan diri sendiri). Cinta dalam pertumbuhan, yaitu: Cinta itu membawa kebaikan bagi seorang yang sedang mencintai dan bagi seorang yang dicintai. Tidak membuat seseorang tertekan, dipaksa untuk mencintai, atau mengorbankan sesuatu secara salah dengan alasan cinta. Banyak remaja salah mengartikan cinta dengan jatuh cinta, namun sayangnya, pengalaman jatuh cinta itu hanya sementara, dengan siapapun seseorang jatuh cinta, cepat atau lambat, perasaan itu akan hilang dalam suatu kurun waktu tertentu.”
Cinta yang sejati bukanlah perasaan meluap-luap yang menguap, atau hanya diukur dalam waktu yang singkat, tetapi cinta itu membutuhkan suatu proses. Cinta tak bisa diuji dalam keterburu-buruan, cinta membutuhkan pengenalan dan pengalaman yang panjang. Seperti yang dikatakan oleh Les Parrott III dan Leslie Parrott pantas untuk disimak;
"Cinta adalah suatu campuran yang aneh dari hal-hal yang bertentangan. Di dalam cinta terkandung kasih sayang dan kemarahan, kegairahan dan kebosanan, kestabilan dan perubahan, pembatasan dan kebebasan. Paradoks cinta yang paling mendasar adalah bahwa dua menjadi satu, namun tetap dua".
Sedangkan menurut pakar lain, cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut. Banyak orang yang memandang cinta sebagai perasaan yang bertujuan secara ekslusif terhadap orang idaman yang dikenal sebagai "Kekasih".
Menurut Sujarwa dalam bukunya, secara sederhana cinta bisa dikatakan sebagai paduan rasa simpati antara dua makhluk, yang tak hanya sebatas dari lelaki dan wanita.
“Cinta kasih sejati tak mengenal iri, cemburu, persaingan, dan sebagainya, yang ada hanyalah perasaan yang sama dengan yang dicintai, karena dirinya adalah diri kita, dukanya adalah duka kita, gembiranya adalah kegembiraan kita. Bagi cinta kasih pengorbanan adalah suatu kebahagiaan, sedangkan ketidakmampuan membahagiakan atau meringankan beban yang dicintai atau dikasihi adalah suatu penderitaan".
Cinta bisa juga diibaratkan sebagai seni sebagaimana halnya bentuk seni lainnya, maka diperlukan pengetahuan dan latihan untuk menggapainya. Cinta tak lebih dari sekedar perasaan menyenangkan, untuk mengalaminya harus terjatuh ke dalamnya. Hal tersebut didasarkan oleh berbagai pendapat berikut:
Orang melihat cinta pertama-tama sebagai masalah dicintai dan bukan masalah mencintai. Hal ini akan mendorong manusia untuk selalu mempermasalahkan bagaimana supaya dicintai, atau supaya bisa menarik orang lain.
Orang memandang masalah cinta adalah masalah objek dan bukan masalah bakat. Hal ini mendorong manusia untuk berpikir bahwa mencintai orang lain itu adalah soal sederhana, sedangkan yang sulit adalah mencari objek yang tepat untuk mencintai atau dicintai.
Menurut Erich Fromm cinta adalah suatu seni yang memerlukan pengetahuan serta latihan. Cinta adalah suatu kegiatan dan bukan merupakan pengaruh yang pasif. Salah satu esensi dari cinta adalah adanya kreatifitas dalam diri seseorang, terutama dalam aspek memberi dan bukan hanya menerima. Kata cinta mempunyai hubungan pengertian dengan konstruk lain, seperti kasih sayang, kemesraan, belas kasihan, ataupun dengan aktifitas pemujaan.
Secara luas, kasih sayang dapat diartikan sebagai perasaan sayang, cinta, atau perasaan suka. Dalam kasih sayang menuntut adanya dua belah pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu yang mengasihi dan yang dikasihi. Dalam pengalaman hidup sehari-hari, kehidupan seseorang akan memiliki arti yang lebih besar jika mendapatkan perhatian dari orang lain. Jika demikian, perhatian merupakan salah satu unsur dasar dari rasa cinta kasih.
Dalam diri manusia ada dua hal yang dapat menggerakan prilaku, yaitu akal budi dan nafsu. Perasaan cinta dapat dipengaruhi oleh dua sumber hal tersebut, yaitu perasaan cinta yang digerakan oleh akal budi, serta perasaan cinta yang digerakan oleh nafsu. Cinta yang digerakan oleh akal budi disebut tanpa pamrih atau cinta sejati, sedangkan cinta yang digerakan oleh nafsu disebut cinta pamrih. Cinta tanpa pamrih adalah kebaikan hati, sedangkan cinta pamrih disebut cinta utilitaris atau cinta demi diri sendiri. Cinta sejati tak ada kehendak untuk memiliki ataupun menguasai, yang ada hanyalah rasa solidaritas, rasa senasib dan sepenanggungan dengan yang dicintai dan tumbuh secara wajar bersifat sukarela. Cinta kasih sejati tak ada hubunganya dengan kenikmatan atau keinginan. Cinta kasih yang sejati tak menimbulkan kewajiban, melainkan tanggung jawab, tidak menuntut balas, lebih banyak memberi dari pada menerima.
Filsuf Rusia, Salovjev dalam bukunya “Makna Kasih” mengatakan jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius, maka ia akan terlempar keluar dari cinta dirinya sendiri, dan ia mulai hidup untuk orang lain. Sedangkan Yose Ortega Y. Gasset dalam “On Love” mengatakan bahwa di kedalaman sanubari seorang pecinta merasa dirinya bersatu tanpa syarat dengan objek cintanya. persatuan tersebut bersifat kebersamaan yang mendasar serta melibatkan seluruh eksistensinya.
Menurut Erich Fromm (1983 : 54) dalam bukunya Seni Mencintai mengemukakan tentang adanya berbagai macam-cinta yang dapat di uraikan sebagai berikut :
Cinta Diri Sendiri
Secara alami manusia mencintai dirinya sendiri (self love) dan banyak orang yang menafsirkan cinta diri sendiri diidentikan dengan egoistis. Jika demikian cinta diri sendiri ini bernilai negatif. Namun apabila diartikan bahwa cinta diri sendiri adalah mengurus dirinya sendiri, sehingga kebutuhan jamsmani dan rohaninya terpenuhi seimbang ini bernilai positif. Dengan demikian cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan tetapi harus berimbang dengan cinta kepada orang lain untuk berbuat baik.
Cinta Sesama Manusia / Persaudaraan
Cinta kepada sesama manusia atau persaudaraan (agape. Bahasa Yunani) itu merupakan watak manusia itu sendiri dan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatannya kepada sesama manusia. Perbuatan dan perlakuan yang baik kepada sesama manusia bukan berarti karena seseorang itu membela, menyetujui, mendukung dan berguna, bagi dirinya, melainkan dating dari hati nuraninya yang ikhlas disertai tujuan yang mulia. Motivasi perbuatan dan perlakuan seseorang mencintai sesama manusia itu disebabkan karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendirian (manusia sebagai makhluk social) dan sudah merupakan suatu kewajiban.
Cinta Erotis
Cinta yang erat dorongannya dengan dorongan seksual (sifat membirahikan) ini merupakan sifat eksklusif (khusus) yang bias memperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal itu dikarenakan cinta dan nafsu tersebut letaknya tidak berbeda jauh. Disi lain Cinta erotis jika didasari dengan cinta ideal, kasih sayang, keserasian maka berfungsi dalam melestarikan keturunan dalam ikatan yang sah yaitu pernikahan. Sebaliknya jika tidak didasari kasih sayang yaitu nafsu yang membutakan akal pikiran sehingga yang ada hanya nafsu birahi didalamnya akan timbul rasa ketidak puasan bias berakhir dengan sebuah perceraian bahkan akan mungkin timbul juga perselingkuhan atau ke tempat pelacuran yang didalamnya tidak mungkin akan timbul rasa kasih sayang karena yang ada hanya nafsu birahi berhubungan badan saja, dengan uang sebagai bayarannya.
Cinta Keibuaan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling asli dan yang terdapat pada diri seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin suatu ikatan fisiologi. Seorang ibu akan memelihara anaknya dengan hati-hati penuh dengan kasih sayang dan naluri alami seorang ibu. Sedangkan menurut para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukan karena fisologis, melainkan dorongan psikis.
Cinta terhadap Allah
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling jernih, spiritual dan yang dapat memberikan tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik dan sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinyta menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan dan menundukkan semua bentuk cinta yang lain.
Cinta terhadap Rasul
Ini merupakan ideal yang sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
Dari pembahasan ini dapat ditarik suatu kesimpulan :
Salah satu cara hal yang paling lazim dalam menjawab sebuah pertanyaan "Apakah cinta itu?", yaitu dengan cara mengaku bebal, dengan mengemukakan bahwa tak seorangpun bisa mendefinisikan cinta, atau bahwa setiap orang memiliki definisi cinta tersendiri, sehingga tak ada definisi tunggal yang mencakup semua orang. Di antara semua pengalaman yang dimiliki manusia, cinta merupakan perasaan kasih, sayang dan asmara.
Menurut Scott Peck, "Cinta adalah keinginan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara pertumbuhan spiritual sendiri atau perkembangan spiritual orang lain. Cinta sejati selalu membawa pertumbuhan, bukan bersifat posesif yang obsesif (keinginan memiliki dilandasi motivasi yang salah, yaitu hanya untuk menyenangkan diri sendiri). Cinta dalam pertumbuhan, yaitu: Cinta itu membawa kebaikan bagi seorang yang sedang mencintai dan bagi seorang yang dicintai. Tidak membuat seseorang tertekan, dipaksa untuk mencintai, atau mengorbankan sesuatu secara salah dengan alasan cinta. Banyak remaja salah mengartikan cinta dengan jatuh cinta, namun sayangnya, pengalaman jatuh cinta itu hanya sementara, dengan siapapun seseorang jatuh cinta, cepat atau lambat, perasaan itu akan hilang dalam suatu kurun waktu tertentu.”
Cinta yang sejati bukanlah perasaan meluap-luap yang menguap, atau hanya diukur dalam waktu yang singkat, tetapi cinta itu membutuhkan suatu proses. Cinta tak bisa diuji dalam keterburu-buruan, cinta membutuhkan pengenalan dan pengalaman yang panjang. Seperti yang dikatakan oleh Les Parrott III dan Leslie Parrott pantas untuk disimak;
"Cinta adalah suatu campuran yang aneh dari hal-hal yang bertentangan. Di dalam cinta terkandung kasih sayang dan kemarahan, kegairahan dan kebosanan, kestabilan dan perubahan, pembatasan dan kebebasan. Paradoks cinta yang paling mendasar adalah bahwa dua menjadi satu, namun tetap dua".
Sedangkan menurut pakar lain, cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut. Banyak orang yang memandang cinta sebagai perasaan yang bertujuan secara ekslusif terhadap orang idaman yang dikenal sebagai "Kekasih".
Menurut Sujarwa dalam bukunya, secara sederhana cinta bisa dikatakan sebagai paduan rasa simpati antara dua makhluk, yang tak hanya sebatas dari lelaki dan wanita.
“Cinta kasih sejati tak mengenal iri, cemburu, persaingan, dan sebagainya, yang ada hanyalah perasaan yang sama dengan yang dicintai, karena dirinya adalah diri kita, dukanya adalah duka kita, gembiranya adalah kegembiraan kita. Bagi cinta kasih pengorbanan adalah suatu kebahagiaan, sedangkan ketidakmampuan membahagiakan atau meringankan beban yang dicintai atau dikasihi adalah suatu penderitaan".
Cinta bisa juga diibaratkan sebagai seni sebagaimana halnya bentuk seni lainnya, maka diperlukan pengetahuan dan latihan untuk menggapainya. Cinta tak lebih dari sekedar perasaan menyenangkan, untuk mengalaminya harus terjatuh ke dalamnya. Hal tersebut didasarkan oleh berbagai pendapat berikut:
Orang melihat cinta pertama-tama sebagai masalah dicintai dan bukan masalah mencintai. Hal ini akan mendorong manusia untuk selalu mempermasalahkan bagaimana supaya dicintai, atau supaya bisa menarik orang lain.
Orang memandang masalah cinta adalah masalah objek dan bukan masalah bakat. Hal ini mendorong manusia untuk berpikir bahwa mencintai orang lain itu adalah soal sederhana, sedangkan yang sulit adalah mencari objek yang tepat untuk mencintai atau dicintai.
Menurut Erich Fromm cinta adalah suatu seni yang memerlukan pengetahuan serta latihan. Cinta adalah suatu kegiatan dan bukan merupakan pengaruh yang pasif. Salah satu esensi dari cinta adalah adanya kreatifitas dalam diri seseorang, terutama dalam aspek memberi dan bukan hanya menerima. Kata cinta mempunyai hubungan pengertian dengan konstruk lain, seperti kasih sayang, kemesraan, belas kasihan, ataupun dengan aktifitas pemujaan.
Secara luas, kasih sayang dapat diartikan sebagai perasaan sayang, cinta, atau perasaan suka. Dalam kasih sayang menuntut adanya dua belah pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu yang mengasihi dan yang dikasihi. Dalam pengalaman hidup sehari-hari, kehidupan seseorang akan memiliki arti yang lebih besar jika mendapatkan perhatian dari orang lain. Jika demikian, perhatian merupakan salah satu unsur dasar dari rasa cinta kasih.
Dalam diri manusia ada dua hal yang dapat menggerakan prilaku, yaitu akal budi dan nafsu. Perasaan cinta dapat dipengaruhi oleh dua sumber hal tersebut, yaitu perasaan cinta yang digerakan oleh akal budi, serta perasaan cinta yang digerakan oleh nafsu. Cinta yang digerakan oleh akal budi disebut tanpa pamrih atau cinta sejati, sedangkan cinta yang digerakan oleh nafsu disebut cinta pamrih. Cinta tanpa pamrih adalah kebaikan hati, sedangkan cinta pamrih disebut cinta utilitaris atau cinta demi diri sendiri. Cinta sejati tak ada kehendak untuk memiliki ataupun menguasai, yang ada hanyalah rasa solidaritas, rasa senasib dan sepenanggungan dengan yang dicintai dan tumbuh secara wajar bersifat sukarela. Cinta kasih sejati tak ada hubunganya dengan kenikmatan atau keinginan. Cinta kasih yang sejati tak menimbulkan kewajiban, melainkan tanggung jawab, tidak menuntut balas, lebih banyak memberi dari pada menerima.
Filsuf Rusia, Salovjev dalam bukunya “Makna Kasih” mengatakan jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius, maka ia akan terlempar keluar dari cinta dirinya sendiri, dan ia mulai hidup untuk orang lain. Sedangkan Yose Ortega Y. Gasset dalam “On Love” mengatakan bahwa di kedalaman sanubari seorang pecinta merasa dirinya bersatu tanpa syarat dengan objek cintanya. persatuan tersebut bersifat kebersamaan yang mendasar serta melibatkan seluruh eksistensinya.
Menurut Erich Fromm (1983 : 54) dalam bukunya Seni Mencintai mengemukakan tentang adanya berbagai macam-cinta yang dapat di uraikan sebagai berikut :
Cinta Diri Sendiri
Secara alami manusia mencintai dirinya sendiri (self love) dan banyak orang yang menafsirkan cinta diri sendiri diidentikan dengan egoistis. Jika demikian cinta diri sendiri ini bernilai negatif. Namun apabila diartikan bahwa cinta diri sendiri adalah mengurus dirinya sendiri, sehingga kebutuhan jamsmani dan rohaninya terpenuhi seimbang ini bernilai positif. Dengan demikian cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan tetapi harus berimbang dengan cinta kepada orang lain untuk berbuat baik.
Cinta Sesama Manusia / Persaudaraan
Cinta kepada sesama manusia atau persaudaraan (agape. Bahasa Yunani) itu merupakan watak manusia itu sendiri dan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatannya kepada sesama manusia. Perbuatan dan perlakuan yang baik kepada sesama manusia bukan berarti karena seseorang itu membela, menyetujui, mendukung dan berguna, bagi dirinya, melainkan dating dari hati nuraninya yang ikhlas disertai tujuan yang mulia. Motivasi perbuatan dan perlakuan seseorang mencintai sesama manusia itu disebabkan karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendirian (manusia sebagai makhluk social) dan sudah merupakan suatu kewajiban.
Cinta Erotis
Cinta yang erat dorongannya dengan dorongan seksual (sifat membirahikan) ini merupakan sifat eksklusif (khusus) yang bias memperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal itu dikarenakan cinta dan nafsu tersebut letaknya tidak berbeda jauh. Disi lain Cinta erotis jika didasari dengan cinta ideal, kasih sayang, keserasian maka berfungsi dalam melestarikan keturunan dalam ikatan yang sah yaitu pernikahan. Sebaliknya jika tidak didasari kasih sayang yaitu nafsu yang membutakan akal pikiran sehingga yang ada hanya nafsu birahi didalamnya akan timbul rasa ketidak puasan bias berakhir dengan sebuah perceraian bahkan akan mungkin timbul juga perselingkuhan atau ke tempat pelacuran yang didalamnya tidak mungkin akan timbul rasa kasih sayang karena yang ada hanya nafsu birahi berhubungan badan saja, dengan uang sebagai bayarannya.
Cinta Keibuaan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling asli dan yang terdapat pada diri seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin suatu ikatan fisiologi. Seorang ibu akan memelihara anaknya dengan hati-hati penuh dengan kasih sayang dan naluri alami seorang ibu. Sedangkan menurut para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukan karena fisologis, melainkan dorongan psikis.
Cinta terhadap Allah
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling jernih, spiritual dan yang dapat memberikan tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik dan sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinyta menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan dan menundukkan semua bentuk cinta yang lain.
Cinta terhadap Rasul
Ini merupakan ideal yang sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
- Manusia pada hakikatnya tidak akan dapat terpisahkan dari Cinta kasih dan sayang
- Cinta kasih Ideal itu adanya tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman dan kemesraan atau sering juga di sebut Segitiga Cinta yang satu sama lain harus sinergi, selaras, seimbang satu sama lain.
- Cinta dan kasih mengandung arti yang hamper sama, tapi antara keduanya terdapat perbedaan, yitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih meupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa mengarah kepada yang dicintai.
- Cinta itu mulia, bisa sangat indah, cinta itu sebuah kebahagiaan, tetapi manakala cinta itu tidak sesuai dengan apa yang diharpakan, apa yang diperkirakan dan apa yang didambakan bertolak belakang dari kenyataaan yang sudah terlanjur tercipta dalam angan-angan maka cinta bisa sangat menyakitkan dan menimbulkan penderitaan yang luar biasa.
Sumber :
· Dalam buku Ilmu Budaya Dasar, karya Yulia Budiwati
· Dalam buku Ilmu Budaya Dasar, penerbit Gramedia
· http://egapramesti.wordpress.com/2011/04/30/pengertian-cinta-kasih/
· http://hasqial.blogspot.com
· http://laras-dewantari.blogspot.com/2012/03/penjelasan-pengertian-kasih-sayang.html
· Dalam buku Ilmu Budaya Dasar, karya Yulia Budiwati
· Dalam buku Ilmu Budaya Dasar, penerbit Gramedia
· http://egapramesti.wordpress.com/2011/04/30/pengertian-cinta-kasih/
· http://hasqial.blogspot.com
· http://laras-dewantari.blogspot.com/2012/03/penjelasan-pengertian-kasih-sayang.html
0 komentar:
Posting Komentar