Sebelum ke inti permasalahan saya akan menceritakan sekilas sejarah tentang Miss World Miss World adalah kontes kecantikan internasional yang dipopulerkan oleh Eric Morley pada tahun 1951 dan pertama kali diadakan di Inggris. Pada awalnya bertujuan sebagai acara yang mengenalkan bikini keluaran terbaru dan "Beauty with a Purpose" (Kecantikan Dengan Sebuah Tujuan), dengan tes tambahan intelegensi dan tes kepribadian. namun seiring berjalanya waktu kontes tersebut telah sedikit berubah dari tujuan awal Miss World Terlepas dari tujuan utama terselubung didalamnya, mencari untung yang sebesar-besarnya juga adalah salah satu dari tujuan utamanya.
Kontes Miss World 2013 yang telah dibuka di Nusa Dua, Bali, pada Minggu (8/9/2013) dan disiarkan secara langsung di 160 negara seluruh dunia. Jumlah ini memecahkan rekor sebelumnya yang hanya live di 120 negara. Pada malam pembukaan tersebut, dipentaskan sajian-sajian beragam pertunjukan kebudayaan Indonesia mulai dari Tari Kecak hingga Tari Kipas Cendana yang akan dibawakan oleh 16 kontestan Miss World. Luar biasa!!
Perhelatan kontes kecantikan dan ratu sejagad Miss World ke-63 tahun 2013 “tentunya” akan menjadikan Indonesia menjadi sorotan dunia. Sebab, untuk pertama kalinya, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia ini akan mencatatkan dirinya sebagai negara penyelenggara kontes kecantikan Miss World. Dan juga Indonesia mencatat sejarah sebagai penyelenggara Miss World 2013 ini menjadi ajang “pemboyong ratusan wanita terbaik” dan terbanyak dari berbagai negara.
Meski pembukaan berjalan lancar “luar biasa”, namun final yang semula direncanakan digelar di Jakarta terancam batal karena adanya penolakan sejumlah pihak. Apakah ini menjadi kebanggaan? Atau sebuah kemunduran kebudayaan? Itu hanyalah pertanyaan “iseng” penulis untuk mencoba “merangsang” syahwat berpikir dalam menyikapi persoalan Pro kontra tentang Miss World ini.
Memang itulah yang disebut dengan Pro dan kontra, karena meski sudah mengantongi izin resmi dan mendapat dukungan dari masyarakat Indonesia, ada pihak-pihak yang menyayangkan kontes Miss World digelar di Indonesia. Sejumlah organisasi masyarakat Islam ramai-ramai memprotes Miss World ini. Front Pembela Islam (FPI) bahkan berkehendak mendesak “membubarkannya”. Alasannya kontes itu tak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Tak hanya FPI yang menolak, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun menyerukan penolakan kontes Miss World digelar di Bali, dengan alasan kontes tingkat dunia itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan dan mengumbar aurat sehingga dapat menimbulkan maksiat. MUI juga membantah bahwa penyelenggaraan Miss World dapat memberi keuntungan untuk pariwisata Indonesia, seperti mendatangkan wisatawan mancanegara. Pun demikian pendapat dari Komite Indonesia untuk Pemberantasan Pornografi dan Pornoaksi. Yang menganggap kontes Miss World ini bagaimana “Perempuan hanya dijadikan komoditas dan Merendahkan kaum perempuan”. Dan katanya kontes kecantikan itu tak sejalan dengan nilai-nilai budaya bangsa.
Banyak yang menentang, memang. Tapi tak sedikit yang mendukung. Contohnya dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dengan alasan setiap orang berhak mengembangkan diri. Dan keputusan Indonesia menjadi tuan rumah kontes kecantikan tingkat dunia itu harus dihargai. Kalau itu meninggikan citra Indonesia di mata dunia, kenapa tidak?. Dalam pandangan HAM, sebaiknya masyarakat saling menghargai hak masing-masing. Jangan ada pemaksaan kehendak, apalagi yang dicapai dengan cara-cara kekerasan.
Konon katanya, menurut dari berbagai sumber, Miss World adalah suatu ajang pencarian ratu sejagad. Dan penilaiannya dengan 3 indikator utama, yaitu kecantikan, kepribadian, dan kepandaian. Ketiga indikator tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dalam ajang ini. Selain itu, Miss World pun tidak mengesampingkan kebudayaan dari masing-masing negara peserta serta sisi kemanusiaan. Setiap kontestan dituntut untuk mempertontonkan kemampuan yang dimilikinya dengan mengusung kebudayaan negara asalnya. Para peserta pun dituntut untuk melakukan suatu kegiatan sosial yang didokumentasikan untuk dijadikan salah satu poin penilaian dalam kontes kecantikan ini.
Seyogyanya, semua elemen bangsa kembali berfokus pada sejumlah masalah krusial bangsa yang sebenarnya lebih esensial bagi nasib masyarakat. Penulis sedikit miris melihat prokontra soal Miss World ini, karena telah menggeser isu-isu lain yang penting buat rakyat. Misalnya dari kasus korupsi Wisma Atlet dan Hambalang, isu kenaikan harga kebutuhan pokok, kedelai, “Gurita Korupsi Migas” dan lain-lain. Ingat!! Jauh lebih substansial bagi bangsa Indonesia untuk membicarakan serta mengkritisi bagaimana buruknya manajemen negara terhadap nasib rakyat yang tertindas, tidak mampu memenuhi hak mendasar warga atas pendidikan dan kesehatan yang layak.
Sepakat dengan tindakan sejumlah kelompok yang bergaya seolah “polisi moral”, tetapi di sisi lain ingin mengkritisi pendapat yang mendukung Miss World ini seakan-akan sedemikian pentingnya untuk menonton”kontes ratu sejagat”. Dalam konteks ajang Miss World ini, atas nama kebebasan berekspresi sah-sah saja bila mengaitkan isu kebebasan orang mau membuat karya apa saja. Penulis juga sepakat bila menghambat kreatifitas adalah juga pelanggaran HAM.
Bangsa Indonesia juga harus menjadi bangsa yang berpikir, bukan sekadar ‘mengunyah permen karet yang datang dari luar’ yang terasa enak tapi tak jelas apa manfaatnya.
Miss World ini seyogyanya di jadikan “hikmah” untuk semua, hikmah untuk semakin “memperkuat cinta akan budaya sendiri”. Penulis pikir pudarnya budaya asli Indonesia yang berupa “rendahnya cinta budaya daerah” disebabkan oleh masyarakat Indonesia sendiri yang mulai berusaha meninggalkannya. Yang masih banyak orang menganggap budaya daerah adalah budaya kolot, sehingga logikanya kita sendirilah yang telah membunuh budaya sendiri.Budaya asli Indonesia mulai bergeser ketika masyarakat mulai menganggap modernitas sebagai suatu budaya y ang sempurna. Ketika modern telah mengglobalisasi membuat tradisi menjadi “malu” menunjukkan dirinya sehingga kebudayaan menjadi “hilang” dan ketika kita mulai menggali kebudayaan ketika itu kita temui kebudayaan telah dibunuh oleh modernisasi. Kondisi “era” sekarang ini memang tidak mudah dalam menghadapi arus globalisasi. Tak heran jika budaya Indonesia saat ini semakin tergerus. Ada gejala, misalnya anak muda lebih suka budaya Korea ketimbang budaya Indonesia atau lagu-lagu Indonesia. Mungkin itu dapat melemahkan nasionalisme kita. Padahal sebenarnya kita memiliki suatu pemikiran starategis untuk menghadapi arus globalisasi, kita memiliki kekuatan yakni keberagaman.
Miss World ini seyogyanya di jadikan “jalan” untuk “menggali adat ketimuran kita”. Menurut penulis, pudarnya adat ketimuran yang selalu diajarkan oleh budaya-budaya yang ada di Indonesia adalah salah satu faktor utama yang menempa sikap mental buruk masyarakat kurun waktu belakangan ini. Contohnya: saat ini orang lebih sibuk dijejaring sosial, selalu memperhatikan teman-temannya di jejaring, tetapi teman yang berada di sampingnya sedang sakit dia tidak tahu. Dan saat ini bapak dan anak, kakek dan cucu, adik dan kakak itu berteman di jejaring sosial, yang mengakibatkan bahasa diantara mereka tidak lagi memperhatikan tata berbahasa. Padahal sejatinya, bahwa bahasa yang dipakai di jejaring sosial merupakan bahasa yang tidak mengenal tingkatan umur. Jadi mereka di jejaring itu berbahasa mendatar, tidak ada lagi bahasa mendaki untuk berkomunikasi dengan yang lebih tua, dan bahasa menurun ke yang lebih muda, sehingga hormat kepada bapak jadi hilang dan santun ke anak jadi tidak ada.
Terakhir, substansi penting dalam tulisan “Pro kontra Miss World 2013 ini” adalah “bangsa ini seyogyanya untuk terus belajar”, dan tentunya belajar untuk meng-counter gelombang budaya asing. Dan yang dibutuhkan bangsa kita hari ini adalah rumusan kembali arah ke-Indonesiaan. Ini yang sering dilupakan orang. Kita memerlukan sebuah konsep baru dengan konsep landasan sebelumnya. Itu yang mungkin perlu dirumuskan.
Kita sebagai umat Islam mestinya harus berfikir dengan luas dan struktur. Bukan sekedar reaktif ketika ada berbagai isu yang membuat akal tertutup dengan sekedar perbuatan reaktif kita.
Ingat, kontes Miss World itu kontes kencantikan dunia. Tentunya banyak perwakilan-perwakilan dari beberapa negara yang mengikutkan salah satu wakilnya untuk ikut dalam ajang tersebut. Ini kontes Dunia!
Jadi, tentunya seorang Gubernur yang membawahi sebuah wilayah pada beberapa daerah tidak akan dibolehkan menyelenggarakan sebuah kontes seperti Miss World jika bukan karena rekomendasi Pemerintah Pusat.
Gubernur Ahmad Heryawan sendiri telah mengatakan bahwa ia hanya dimintai ijin sekedar secara prosedural saja, tetapi yang memberikan semua ijin tersebut adalah Menteri Budaya dan Pariwisata. Tentunya, jika seorang Gubernur menolak diadakan di Provinsinya, toh masih bisa diadakan pada provinsi yang lainnya. Lalu apa bedanya? Nggak ada bedanya! Tetap di Indonesia ajang Miss World 2013 diadakan. Sekedar Reaktif? Semestinya itu bukan ciri seorang muslim!
Dari beberapa informasi, bahwa ajang Miss World 2013 sebenarnya bukan hanya diadakan di Bogor, tetapi diadakan di beberapa wilayah di Indonesia. Coba sekarang, apa bedanya jika ditolak oleh Gubernur Jabar, malah bisa jadi diadakan di Provinsi Jateng (misalnya), atau masih ada sekitar 33 Provinsi yang siap menampung ajang Miss Universe 2013.
Jadi, jangan setengah hati saja menolak sebuah kemunkaran. Mestinya harus total, jika tidak boleh di Jabar yah tentunya tidak boleh ditempat yang lainnya, atau tidak boleh ada di Indonesia. Dan yang menolak Miss World juga menggugat agar Indonesia keluar dari keanggotaan Miss World. Harusnya total, bukan setengah-setengah!
Ada sebuah perbincangan dalam forum Grup Facebook yang dikelola oleh para Wartawan. Salah satu wartawan mengatakan "Ngobrol-ngobrol dengan Pak Gubernur saat sarapan pagi, beliau mengatakan. Kalau di Provinsi Jabar di tolak Miss Universnya (Miss World maksudnya), biar Provinsi kita yang terima. Itung-itung buat kampanye, kalau provinsi kita bisa menaikkan devisa dari Pariwisata di Provinsi ini."
Sebagai umat Islam, apakah kita belum mampu berfikir bahwa penolakan pada Miss World ini bisa jadi ditunggangi oleh kepentingan lain? Mestinya, (Sekali lagi) jika kita menolak diadakan di Jabar, yah harusnya secara "Kaaffah" ditolak diseluruh wilayah Indonesia. Jangan sekedar menolak setengah hati!
Yang menjadi sangat aneh, bahwa ijin yang baku dikeluarkan oleh Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata. Tetapi orang pada Demonstrasi menolak Miss World pada Gubernur Jabar. Apa tidak setengah hati menolaknya? Sebagaimana seorang Muslim yang Kaaffah (menyeluruh), mestinya yang menolak Miss World 2013 langsung mendatangi kantor Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata lalu menyuarakan mengenai penolakan diadakannya Miss World di Indonesia, bukan hanya di Jabar. (Sekali lagi) Mestinya, Jadi seorang muslim jangan setengah-setengah!
Banyak yang menentang, memang. Tapi tak sedikit yang mendukung. Contohnya dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dengan alasan setiap orang berhak mengembangkan diri. Dan keputusan Indonesia menjadi tuan rumah kontes kecantikan tingkat dunia itu harus dihargai. Kalau itu meninggikan citra Indonesia di mata dunia, kenapa tidak?. Dalam pandangan HAM, sebaiknya masyarakat saling menghargai hak masing-masing. Jangan ada pemaksaan kehendak, apalagi yang dicapai dengan cara-cara kekerasan.
Konon katanya, menurut dari berbagai sumber, Miss World adalah suatu ajang pencarian ratu sejagad. Dan penilaiannya dengan 3 indikator utama, yaitu kecantikan, kepribadian, dan kepandaian. Ketiga indikator tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dalam ajang ini. Selain itu, Miss World pun tidak mengesampingkan kebudayaan dari masing-masing negara peserta serta sisi kemanusiaan. Setiap kontestan dituntut untuk mempertontonkan kemampuan yang dimilikinya dengan mengusung kebudayaan negara asalnya. Para peserta pun dituntut untuk melakukan suatu kegiatan sosial yang didokumentasikan untuk dijadikan salah satu poin penilaian dalam kontes kecantikan ini.
Seyogyanya, semua elemen bangsa kembali berfokus pada sejumlah masalah krusial bangsa yang sebenarnya lebih esensial bagi nasib masyarakat. Penulis sedikit miris melihat prokontra soal Miss World ini, karena telah menggeser isu-isu lain yang penting buat rakyat. Misalnya dari kasus korupsi Wisma Atlet dan Hambalang, isu kenaikan harga kebutuhan pokok, kedelai, “Gurita Korupsi Migas” dan lain-lain. Ingat!! Jauh lebih substansial bagi bangsa Indonesia untuk membicarakan serta mengkritisi bagaimana buruknya manajemen negara terhadap nasib rakyat yang tertindas, tidak mampu memenuhi hak mendasar warga atas pendidikan dan kesehatan yang layak.
Sepakat dengan tindakan sejumlah kelompok yang bergaya seolah “polisi moral”, tetapi di sisi lain ingin mengkritisi pendapat yang mendukung Miss World ini seakan-akan sedemikian pentingnya untuk menonton”kontes ratu sejagat”. Dalam konteks ajang Miss World ini, atas nama kebebasan berekspresi sah-sah saja bila mengaitkan isu kebebasan orang mau membuat karya apa saja. Penulis juga sepakat bila menghambat kreatifitas adalah juga pelanggaran HAM.
Bangsa Indonesia juga harus menjadi bangsa yang berpikir, bukan sekadar ‘mengunyah permen karet yang datang dari luar’ yang terasa enak tapi tak jelas apa manfaatnya.
Miss World ini seyogyanya di jadikan “hikmah” untuk semua, hikmah untuk semakin “memperkuat cinta akan budaya sendiri”. Penulis pikir pudarnya budaya asli Indonesia yang berupa “rendahnya cinta budaya daerah” disebabkan oleh masyarakat Indonesia sendiri yang mulai berusaha meninggalkannya. Yang masih banyak orang menganggap budaya daerah adalah budaya kolot, sehingga logikanya kita sendirilah yang telah membunuh budaya sendiri.Budaya asli Indonesia mulai bergeser ketika masyarakat mulai menganggap modernitas sebagai suatu budaya y ang sempurna. Ketika modern telah mengglobalisasi membuat tradisi menjadi “malu” menunjukkan dirinya sehingga kebudayaan menjadi “hilang” dan ketika kita mulai menggali kebudayaan ketika itu kita temui kebudayaan telah dibunuh oleh modernisasi. Kondisi “era” sekarang ini memang tidak mudah dalam menghadapi arus globalisasi. Tak heran jika budaya Indonesia saat ini semakin tergerus. Ada gejala, misalnya anak muda lebih suka budaya Korea ketimbang budaya Indonesia atau lagu-lagu Indonesia. Mungkin itu dapat melemahkan nasionalisme kita. Padahal sebenarnya kita memiliki suatu pemikiran starategis untuk menghadapi arus globalisasi, kita memiliki kekuatan yakni keberagaman.
Miss World ini seyogyanya di jadikan “jalan” untuk “menggali adat ketimuran kita”. Menurut penulis, pudarnya adat ketimuran yang selalu diajarkan oleh budaya-budaya yang ada di Indonesia adalah salah satu faktor utama yang menempa sikap mental buruk masyarakat kurun waktu belakangan ini. Contohnya: saat ini orang lebih sibuk dijejaring sosial, selalu memperhatikan teman-temannya di jejaring, tetapi teman yang berada di sampingnya sedang sakit dia tidak tahu. Dan saat ini bapak dan anak, kakek dan cucu, adik dan kakak itu berteman di jejaring sosial, yang mengakibatkan bahasa diantara mereka tidak lagi memperhatikan tata berbahasa. Padahal sejatinya, bahwa bahasa yang dipakai di jejaring sosial merupakan bahasa yang tidak mengenal tingkatan umur. Jadi mereka di jejaring itu berbahasa mendatar, tidak ada lagi bahasa mendaki untuk berkomunikasi dengan yang lebih tua, dan bahasa menurun ke yang lebih muda, sehingga hormat kepada bapak jadi hilang dan santun ke anak jadi tidak ada.
Terakhir, substansi penting dalam tulisan “Pro kontra Miss World 2013 ini” adalah “bangsa ini seyogyanya untuk terus belajar”, dan tentunya belajar untuk meng-counter gelombang budaya asing. Dan yang dibutuhkan bangsa kita hari ini adalah rumusan kembali arah ke-Indonesiaan. Ini yang sering dilupakan orang. Kita memerlukan sebuah konsep baru dengan konsep landasan sebelumnya. Itu yang mungkin perlu dirumuskan.
Kita sebagai umat Islam mestinya harus berfikir dengan luas dan struktur. Bukan sekedar reaktif ketika ada berbagai isu yang membuat akal tertutup dengan sekedar perbuatan reaktif kita.
Ingat, kontes Miss World itu kontes kencantikan dunia. Tentunya banyak perwakilan-perwakilan dari beberapa negara yang mengikutkan salah satu wakilnya untuk ikut dalam ajang tersebut. Ini kontes Dunia!
Jadi, tentunya seorang Gubernur yang membawahi sebuah wilayah pada beberapa daerah tidak akan dibolehkan menyelenggarakan sebuah kontes seperti Miss World jika bukan karena rekomendasi Pemerintah Pusat.
Gubernur Ahmad Heryawan sendiri telah mengatakan bahwa ia hanya dimintai ijin sekedar secara prosedural saja, tetapi yang memberikan semua ijin tersebut adalah Menteri Budaya dan Pariwisata. Tentunya, jika seorang Gubernur menolak diadakan di Provinsinya, toh masih bisa diadakan pada provinsi yang lainnya. Lalu apa bedanya? Nggak ada bedanya! Tetap di Indonesia ajang Miss World 2013 diadakan. Sekedar Reaktif? Semestinya itu bukan ciri seorang muslim!
Dari beberapa informasi, bahwa ajang Miss World 2013 sebenarnya bukan hanya diadakan di Bogor, tetapi diadakan di beberapa wilayah di Indonesia. Coba sekarang, apa bedanya jika ditolak oleh Gubernur Jabar, malah bisa jadi diadakan di Provinsi Jateng (misalnya), atau masih ada sekitar 33 Provinsi yang siap menampung ajang Miss Universe 2013.
Jadi, jangan setengah hati saja menolak sebuah kemunkaran. Mestinya harus total, jika tidak boleh di Jabar yah tentunya tidak boleh ditempat yang lainnya, atau tidak boleh ada di Indonesia. Dan yang menolak Miss World juga menggugat agar Indonesia keluar dari keanggotaan Miss World. Harusnya total, bukan setengah-setengah!
Ada sebuah perbincangan dalam forum Grup Facebook yang dikelola oleh para Wartawan. Salah satu wartawan mengatakan "Ngobrol-ngobrol dengan Pak Gubernur saat sarapan pagi, beliau mengatakan. Kalau di Provinsi Jabar di tolak Miss Universnya (Miss World maksudnya), biar Provinsi kita yang terima. Itung-itung buat kampanye, kalau provinsi kita bisa menaikkan devisa dari Pariwisata di Provinsi ini."
Sebagai umat Islam, apakah kita belum mampu berfikir bahwa penolakan pada Miss World ini bisa jadi ditunggangi oleh kepentingan lain? Mestinya, (Sekali lagi) jika kita menolak diadakan di Jabar, yah harusnya secara "Kaaffah" ditolak diseluruh wilayah Indonesia. Jangan sekedar menolak setengah hati!
Yang menjadi sangat aneh, bahwa ijin yang baku dikeluarkan oleh Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata. Tetapi orang pada Demonstrasi menolak Miss World pada Gubernur Jabar. Apa tidak setengah hati menolaknya? Sebagaimana seorang Muslim yang Kaaffah (menyeluruh), mestinya yang menolak Miss World 2013 langsung mendatangi kantor Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata lalu menyuarakan mengenai penolakan diadakannya Miss World di Indonesia, bukan hanya di Jabar. (Sekali lagi) Mestinya, Jadi seorang muslim jangan setengah-setengah!
Miss World dan Kapitalisme: Alat Reproduksi Kapital Berupa Perempuan
Perempuan memiliki kelebihan dari segi fisiknya. Dari dulu hingga sekarang, kelebihan fisik yang dimiliki perempuan adalah senjata ampuh perempuan untuk “menaklukkan” lawan jenisnya. Mau tertutup atau terbuka, laki-laki cenderung “kalah” jika dihadapkan dengan perempuan yang mampu memikat hatinya.
Kelebihan ini tentunya sudah disadari oleh orang-orang yang pekerjaannya untuk mencari keuntungan materi dan melipatgandakan kalital. Kapitalisme mampu melihat celah ini sebagai sumber penghasilan mereka dengan cara yang apik. Perempuan dijadikan objek mereka sebagai “umpan” keuntungan materi yang ingin dicarinya. Di sisi lain, perempuan tidak merasa tereksplorasi karena segala pujian yang diberikan kepada perempuan tersebut akan kelebihan fisik yang dimiliki.
Miss World sendiri bisa dikatakan sebagai salah satu produk kapitalisme itu sendiri. Dimana Miss World mencari bakat-bakat perempuan melalui kecantikan fisik dan didukung dari poin kepribadian dan kepandaian yang dimilikinya. Disini bisa diduga adalah poin utama dari Miss World adalah kecantikan fisik selanjutnya kepribadian dan kepandaian adalah poin penunjang karena Miss World menjangkau ke seluruh belahan dunia. Sehingga kepribadian yang terbuka dan kepandaian dengan wawasan luas tentunya akan memuluskan jalan kapitalisme meraup keuntungan dari segala penjuru dunia.
Bagi mereka yang pro pun seakan terlalu naif jika semata-mata hanya melihat promosi kebudayaan Indonesia ke dunia dengan diadakannya Miss World di Indonesia. Dibalik itu, tentunya ada agenda terselubung yang dimasukkan oleh kapitalisme, yaitu mencari keuntungan materi. Kok bisa? Ya, pariwisata Indonesia tidaklah dipegang oleh negara. Tetapi oleh para pebisnis yang menjadi satu kesatuan dengan kapitalisme. Dengan adanya Miss World di Indonesia, tentunya ini adalah kesempatan langka bagi mereka untuk mempromosikan produk pariwisatanya tanpa harus mengeluarkan modal yang berlebih untuk menjangkau seluruh belahan dunia.
Perempuan memiliki kelebihan dari segi fisiknya. Dari dulu hingga sekarang, kelebihan fisik yang dimiliki perempuan adalah senjata ampuh perempuan untuk “menaklukkan” lawan jenisnya. Mau tertutup atau terbuka, laki-laki cenderung “kalah” jika dihadapkan dengan perempuan yang mampu memikat hatinya.
Kelebihan ini tentunya sudah disadari oleh orang-orang yang pekerjaannya untuk mencari keuntungan materi dan melipatgandakan kalital. Kapitalisme mampu melihat celah ini sebagai sumber penghasilan mereka dengan cara yang apik. Perempuan dijadikan objek mereka sebagai “umpan” keuntungan materi yang ingin dicarinya. Di sisi lain, perempuan tidak merasa tereksplorasi karena segala pujian yang diberikan kepada perempuan tersebut akan kelebihan fisik yang dimiliki.
Miss World sendiri bisa dikatakan sebagai salah satu produk kapitalisme itu sendiri. Dimana Miss World mencari bakat-bakat perempuan melalui kecantikan fisik dan didukung dari poin kepribadian dan kepandaian yang dimilikinya. Disini bisa diduga adalah poin utama dari Miss World adalah kecantikan fisik selanjutnya kepribadian dan kepandaian adalah poin penunjang karena Miss World menjangkau ke seluruh belahan dunia. Sehingga kepribadian yang terbuka dan kepandaian dengan wawasan luas tentunya akan memuluskan jalan kapitalisme meraup keuntungan dari segala penjuru dunia.
Bagi mereka yang pro pun seakan terlalu naif jika semata-mata hanya melihat promosi kebudayaan Indonesia ke dunia dengan diadakannya Miss World di Indonesia. Dibalik itu, tentunya ada agenda terselubung yang dimasukkan oleh kapitalisme, yaitu mencari keuntungan materi. Kok bisa? Ya, pariwisata Indonesia tidaklah dipegang oleh negara. Tetapi oleh para pebisnis yang menjadi satu kesatuan dengan kapitalisme. Dengan adanya Miss World di Indonesia, tentunya ini adalah kesempatan langka bagi mereka untuk mempromosikan produk pariwisatanya tanpa harus mengeluarkan modal yang berlebih untuk menjangkau seluruh belahan dunia.
Islam dan Kapitalisme: Pertarungan Ideologi di Ranah Perempuan
Islam dan kapitalisme adalah dua produk yang berbeda. Islam adalah produk budaya timur sedangkan kapitalisme adalah produk budaya barat. Tetapi keduanya memiliki dua hubungan yang saling bertolak belakang. Islam dan kapitalisme bisa memiliki hubungan yang harmonis dan saling mendukung selama kapitalisme dijalankan dengan sistem ke-islam-an yang sudah diatur dalam Alquran dan Hadits. Di sisi lain, Islam dan Kapitalisme adalah dua hal yang bertentangan karena cara-cara kapitalisme yang cenderung sekuler dan bertolak belakang dengan kaidah-kaidah Islam yang ada.
Dalam Konteks Miss World, Islam dan kapitalisme mengambil posisi yang berlawanan. Posisi berlawanan ini menegaskan suatu pertarungan ideologi dalam ranah diskursus mengenai perempuan. Islam melihat perempuan adalah makhluk yang paling mulia sehingga tidak pantas untuk diumbar kecantikan dan bakatnya semata-mata untuk mendatangkan keuntungan bagi kapitalisme. Di sisi lain, kapitalisme terus dan selalu mengkonstruksi persepsi masyarakat bahwa perempuan adalah anugerah tuhan yang paling indah yang perlu dinikmati.
Pertarungan ideologi ini seakan menjadi lebih sengit karena konteksnya adalah Indonesia. Indonesia adalah negara hukum yang berpenduduk dengan komposisi umat Islam terbesar di dunia. Tetapi Islam di Indonesia dengan di Timur Tengah memiliki karakteristik yang berbeda jauh. Islam di Indonesia cenderung lebih fleksibel dan plural karena keberadaan Islam di Indonesia sudah bercampur aduk dengan budaya lokal yang tidak berakar pada budaya Islam yang kuat.
Dalam Konteks Miss World, Islam dan kapitalisme mengambil posisi yang berlawanan. Posisi berlawanan ini menegaskan suatu pertarungan ideologi dalam ranah diskursus mengenai perempuan. Islam melihat perempuan adalah makhluk yang paling mulia sehingga tidak pantas untuk diumbar kecantikan dan bakatnya semata-mata untuk mendatangkan keuntungan bagi kapitalisme. Di sisi lain, kapitalisme terus dan selalu mengkonstruksi persepsi masyarakat bahwa perempuan adalah anugerah tuhan yang paling indah yang perlu dinikmati.
Pertarungan ideologi ini seakan menjadi lebih sengit karena konteksnya adalah Indonesia. Indonesia adalah negara hukum yang berpenduduk dengan komposisi umat Islam terbesar di dunia. Tetapi Islam di Indonesia dengan di Timur Tengah memiliki karakteristik yang berbeda jauh. Islam di Indonesia cenderung lebih fleksibel dan plural karena keberadaan Islam di Indonesia sudah bercampur aduk dengan budaya lokal yang tidak berakar pada budaya Islam yang kuat.
Dengan kondisi Islam Indonesia seperti itu, perang ideologi ini begitu sangat sengit karena di satu sisi kapitalisme tentunya mendapatkan dukungan yang penuh dari Islam-Islam yang biasa di sebut dengan “Islam KTP” atau Islam yang lebih liberal yang ada di Indonesia. Di sisi lain, Islam-Islam konvensional tentunya tidak tinggal diam. Ketika pertarungan ideologi di ranah diskursus tidak dapat diteruskan, jalan “perang fisik” akan dilakukan seperti biasanya.
“Perang fisik” ini yang menjadi tataran praktis dari Islam di Indonesia. Dimana hal ini dilakukan tetapi mereka yang melakukan cenderung tidak konsisten dengan apa yang mereka tentang. Tidaklah heran ketika Islam semakin jatuh oleh tingkah laku mereka. Mereka berjuang melawan kemaksiatan atau segala yang menurut Islam salah tetapi mereka juga melakukan perbuatan dan tindakan yang secara Islam dengan tegas juga disalahkan.
Pihak pro yang notabene penyelenggara Miss World merasa hal ini sah-sah saja. Semua sudah diatur sesuai dengan konten lokal Indonesia. Penyelenggara Miss World mendapat sokongan baik dana dan opini dari pelaku bisnis media. Maka semakin mudah mereka menampilkan citra positif. Serta memberikan pengaruh di masyarakat. Tak ingin dirinya merugi—karena kontes Miss World merupakan waralaba—penyelenggara menggandeng budayawan, intelektual, LSM, dan tokoh masyarakat yang sejalan. Tentunya upaya ini meligitimasi bahwa Kontes Miss World tidak bermasalah. Asalkan memberikan citra positif dengan menampilkan baju adat, panorama keindahan alam, dan tidak menampilkan baju renang. Citra positif lain yang menjadi penilaian didasarkan pada cantik (beauty), kepribadian (behaviour), dan kecerdasan (brain).
Pihak pemerintah tidak banyak berkomentar. Karena pihak keamanan sudah memberikan ijin penyelenggaraan kontes ini.
Secara tindakan, Miss World 2013 sudah pada tahap akhir untuk penyelenggaraan. Bali sebagai salah satu tempat acara kontes telah menyatakan dukungan penuh melalui Gubernurnya. Meskipun dengan beberapa syarat tertentu. Karena tamu yang datang dari luar negeri. Pihak keamanan sudah bersiap siaga memberikan rasa aman bagi semuanya. Demi kesuksesan acara ini.So, all must go on.Semangat pihak pendukung ini dapat dianalisis jika didasari oleh sikap meraih keuntungan materi. Membebaskan segala cara tanpa berpikir dampak mendasar dari kontes ini. Selama landasan itu yang dipakai. Maka acara yang serupa lainnya akan dijadikan alasan untuk meraih kebabasan. Khususnya dalam budaya dan tindakan.
Pihak kontra terhadap kontes Miss World 2013 sejak pertama kali menegaskan bahwa ini bertentangan dengan Islam. Sudut pandang Islam ini terpancar dari sikap penolakan dan konsisten elemen umat. Perasaan Islami ini merupakan bukti bahwa umat Islam tidak tidur. Umat masih mencintai Islam dengan berbagai syariatnya. Patut disadari bahwa Indonesia dikenal dunia sebagai negeri muslim terbesar. Jika sampai Indonesia menyelenggarakan kontes ini, dipastikan dunia akan memberikan stereotip negatif. Serta membuktikan bahwa nilai-nilai liberal bisa bersanding dengan Islam. Padahal sesungguhnya Islam tidak bisa bersanding dengan ideologi apa pun.
Harus disadari bahwa penolakan kontes ini berasal dari kedalaman iman. Bukan sekadar tidak sesuai dengan kebudayaan atau kearifan lokal. Memang tidak dapat dipungkiri, kontes serupa juga sering digelar di Indonesia. Apabila kontes Miss World 2013 jadi dihelat. Maka semakin menunjukan jika negeri ini semakin menuju kepada liberalisasi budaya dan hidup. Sudah negeri ini dirudung berbagai masalah pada aspek hukum, politik, dan lainnya. Ditambah lagi liberalisasi budaya dan kehidupan. Apa jadinya negeri ini?
“Perang fisik” ini yang menjadi tataran praktis dari Islam di Indonesia. Dimana hal ini dilakukan tetapi mereka yang melakukan cenderung tidak konsisten dengan apa yang mereka tentang. Tidaklah heran ketika Islam semakin jatuh oleh tingkah laku mereka. Mereka berjuang melawan kemaksiatan atau segala yang menurut Islam salah tetapi mereka juga melakukan perbuatan dan tindakan yang secara Islam dengan tegas juga disalahkan.
Pihak pro yang notabene penyelenggara Miss World merasa hal ini sah-sah saja. Semua sudah diatur sesuai dengan konten lokal Indonesia. Penyelenggara Miss World mendapat sokongan baik dana dan opini dari pelaku bisnis media. Maka semakin mudah mereka menampilkan citra positif. Serta memberikan pengaruh di masyarakat. Tak ingin dirinya merugi—karena kontes Miss World merupakan waralaba—penyelenggara menggandeng budayawan, intelektual, LSM, dan tokoh masyarakat yang sejalan. Tentunya upaya ini meligitimasi bahwa Kontes Miss World tidak bermasalah. Asalkan memberikan citra positif dengan menampilkan baju adat, panorama keindahan alam, dan tidak menampilkan baju renang. Citra positif lain yang menjadi penilaian didasarkan pada cantik (beauty), kepribadian (behaviour), dan kecerdasan (brain).
Pihak pemerintah tidak banyak berkomentar. Karena pihak keamanan sudah memberikan ijin penyelenggaraan kontes ini.
Secara tindakan, Miss World 2013 sudah pada tahap akhir untuk penyelenggaraan. Bali sebagai salah satu tempat acara kontes telah menyatakan dukungan penuh melalui Gubernurnya. Meskipun dengan beberapa syarat tertentu. Karena tamu yang datang dari luar negeri. Pihak keamanan sudah bersiap siaga memberikan rasa aman bagi semuanya. Demi kesuksesan acara ini.So, all must go on.Semangat pihak pendukung ini dapat dianalisis jika didasari oleh sikap meraih keuntungan materi. Membebaskan segala cara tanpa berpikir dampak mendasar dari kontes ini. Selama landasan itu yang dipakai. Maka acara yang serupa lainnya akan dijadikan alasan untuk meraih kebabasan. Khususnya dalam budaya dan tindakan.
Pihak kontra terhadap kontes Miss World 2013 sejak pertama kali menegaskan bahwa ini bertentangan dengan Islam. Sudut pandang Islam ini terpancar dari sikap penolakan dan konsisten elemen umat. Perasaan Islami ini merupakan bukti bahwa umat Islam tidak tidur. Umat masih mencintai Islam dengan berbagai syariatnya. Patut disadari bahwa Indonesia dikenal dunia sebagai negeri muslim terbesar. Jika sampai Indonesia menyelenggarakan kontes ini, dipastikan dunia akan memberikan stereotip negatif. Serta membuktikan bahwa nilai-nilai liberal bisa bersanding dengan Islam. Padahal sesungguhnya Islam tidak bisa bersanding dengan ideologi apa pun.
Harus disadari bahwa penolakan kontes ini berasal dari kedalaman iman. Bukan sekadar tidak sesuai dengan kebudayaan atau kearifan lokal. Memang tidak dapat dipungkiri, kontes serupa juga sering digelar di Indonesia. Apabila kontes Miss World 2013 jadi dihelat. Maka semakin menunjukan jika negeri ini semakin menuju kepada liberalisasi budaya dan hidup. Sudah negeri ini dirudung berbagai masalah pada aspek hukum, politik, dan lainnya. Ditambah lagi liberalisasi budaya dan kehidupan. Apa jadinya negeri ini?
Umat seharusnya sadar secara politik. Upaya sistemis yang terus ditujukan ke dunia Islam tidaklah pernah surut. Berbagai model dan bentuk akan terus diupayakan. Baik cara-cara halus maupun kasar. Melalui upaya liberalisasi budaya, umat akan semakin diacuhkan dan dijauhkan dari Islam. Pasalnya, pesona Islam bagi musuh Islam merupakan penghalang mereka mereguk keuntungan. Dari sisi politik. Kontes Miss World semakin menegaskan bahwa Indonesia masih terjajah. Tak ubahnya model kontes Miss World merupakan cara mudah mereguk keuntungan materi. Di sisi lain, negara penganut demokrasi ini gagal melindungi rakyatnya. Gagal melindungi dari degradasi dan kebejatan moral kehidupan.
Yang patut dikritisi dari penolakan kontes ini adalah sikap negara. Meskipun gelombang penolakan dari umat di mana-mana. Pemerintah tetap adem ayem. Memang menjadi karakter negara demokrasi dengan memberikan kebebasan kepada siapa pun. Tanpa memahami kebebasan apa yang dibolehkan dan dibatasi. Sistem demokrasi melegalkan apa pun, selama tidak mengganggu kepentingan publik. Begitu pula dalam hukum positif, kontes ini tidak ada yang bertentangan. Hal inilah menunjukan bahwa demokrasi merupakan sistem yang bobrok dan tidak layak mengatur manusia.
Oleh karena itu, siapa pun yang menolak kontes ini hendaknya memahami betul penolakannya. Penolakan yang didasari dari kedalaman iman. Serta kecerdasan memahami fakta dan memberikan hukumnya. Maka semakin runyamlah jika kontes ini didasarkan bukan dalam kacamata iman dan Islam. Karena tembok besar yang dihadapi umat saat ini adalah sikap penguasa. Penguasa begitu konsisten menjaga dan melindungi kontes ini. Inilah buah penerapan demokrasi yang tidak layak mengatur kehidupan umat manusia.
Setiap peristiwa pasti ada hikmah dan pelajaran berharga. Begitu pula pelaksanaan kontes Miss World 2013. Pelajaran yang dapat diambil antara lain: negeri kaum Islam akan senantiasa dijadikan sasaran penjajahan, liberalisasi budaya dan agama, semakin hipokrit negara demokrasi dalam melindungi rakyatnya dari marabahaya. Tidak kalah penting hendaknya umat sadar bahwa kehidupan mereka akan senantiasa sengsara dan dalam kondisi sakit.
Siapa pun yang masih merasa beriman dan kehidupannya dikoyak oleh musuh Islam. Maka bangkit dan bergeraklah karena dorongan keimanan. Kontes Miss World dan kontes lainnya tidak akan memberikan keberkahan dalam hidup. Justru mengundang adzab Allah dan dosa besar. Dosa itu akan dipikul oleh orang-orang yang mendukung acara ini. Serta manusia lainnya yang tidak ikut mendukung akan terkena debu-debu adzab.
Maka sadarlah wahai penguasa yang masih beriman kepada Allah dan hari kiamat. Serta siapa pun anda umat Islam. Jangan sampai karena ketidaktahuan kita, malahan menjadi pendukung kontes ini. Ingatlah kaum perempuan adalah kehormatan yang seharusnya dilindungi. Jangan sampai mereka tergadaikan hanya karena keuntungan meteri dan limpahan harta semata. Apakah kita tidak sadar bahwa perempuan adalah kaum ibu kita, kaum anak perempuan kita, kaum kakak dan adik kita. Apakah kita rela mereka dihinakan? Sementara kehormatannya menjadi rendah. Serendah-rendahnya binatang melata? Tentu jawabnya tidak.
Pelajaran yang penting dan paling penting adalah esensi umat ini butuh syariah. Umat sudah menginginkan diatur kembali Syariat Islam yang menaungi kehidupannya. Umat sudah capek dan muak diatur demokrasi. Yang ide demokrasi bertentangan dengan Islam. Syariah inilah yang tidak hanya melindungi perempuan. Lebih dari itu akan melindungi umat manusia. Syariah Islam yang memuliakan wanita dengan perannya. Serta menjadi mereka sebagai pendidik dan pencetak generasi emas Islam.
Saya menyimpulkan bahwa ajang Miss World di Indonesia merupakan suatu hal yang tidak perlu diributkan atau dipermasalahkan dengan pelik. Banyak hal positif yang didapatkan dari ajang ini seperti yang telah saya jelaskan diatas. Panitia Miss World telah mempersiapkan ini dari beberapa tahun yang lalu, dan sudah memperoleh izin dari komisi wanita dan kementrian pariwisata Indonesia. Pertanyaannya jika Miss World dibatalkan, lantas moral bangsa ini langsung menjadi baik dan benar?
Jadi, kesimpulannya adalah pro dan kontra sangat wajar terjadi, karena banyaknya perbedaan di Indonesia. Tetapi janganlah jadikan perbedaan tersebut menjadi hal yang perlu diributkan secara anarkis, marilah mencoba membuka pikiran terbuka dan positif dengan perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan itu menjadi sesuatu hal yang indah. Moral bangsa menjadi hancur atau rusak tidak tergantung dari ajang Miss World tetapi tergantung dari bagaimana mereka menyikapi perbedaan yang ada
SUMBER
http://manado.tribunnews.com/2013/09/27/kontroversi-miss-world-2013
http://gagasanhukum.wordpress.com/2013/09/12/pro-kontra-miss-world-2013/
http://www.suaranews.com/2013/04/menolak-miss-world-dengan-setengah-hati.html
http://regional.kompasiana.com/2013/10/09/pro-dan-kontra-miss-world-599868.html
Yang patut dikritisi dari penolakan kontes ini adalah sikap negara. Meskipun gelombang penolakan dari umat di mana-mana. Pemerintah tetap adem ayem. Memang menjadi karakter negara demokrasi dengan memberikan kebebasan kepada siapa pun. Tanpa memahami kebebasan apa yang dibolehkan dan dibatasi. Sistem demokrasi melegalkan apa pun, selama tidak mengganggu kepentingan publik. Begitu pula dalam hukum positif, kontes ini tidak ada yang bertentangan. Hal inilah menunjukan bahwa demokrasi merupakan sistem yang bobrok dan tidak layak mengatur manusia.
Oleh karena itu, siapa pun yang menolak kontes ini hendaknya memahami betul penolakannya. Penolakan yang didasari dari kedalaman iman. Serta kecerdasan memahami fakta dan memberikan hukumnya. Maka semakin runyamlah jika kontes ini didasarkan bukan dalam kacamata iman dan Islam. Karena tembok besar yang dihadapi umat saat ini adalah sikap penguasa. Penguasa begitu konsisten menjaga dan melindungi kontes ini. Inilah buah penerapan demokrasi yang tidak layak mengatur kehidupan umat manusia.
Setiap peristiwa pasti ada hikmah dan pelajaran berharga. Begitu pula pelaksanaan kontes Miss World 2013. Pelajaran yang dapat diambil antara lain: negeri kaum Islam akan senantiasa dijadikan sasaran penjajahan, liberalisasi budaya dan agama, semakin hipokrit negara demokrasi dalam melindungi rakyatnya dari marabahaya. Tidak kalah penting hendaknya umat sadar bahwa kehidupan mereka akan senantiasa sengsara dan dalam kondisi sakit.
Siapa pun yang masih merasa beriman dan kehidupannya dikoyak oleh musuh Islam. Maka bangkit dan bergeraklah karena dorongan keimanan. Kontes Miss World dan kontes lainnya tidak akan memberikan keberkahan dalam hidup. Justru mengundang adzab Allah dan dosa besar. Dosa itu akan dipikul oleh orang-orang yang mendukung acara ini. Serta manusia lainnya yang tidak ikut mendukung akan terkena debu-debu adzab.
Maka sadarlah wahai penguasa yang masih beriman kepada Allah dan hari kiamat. Serta siapa pun anda umat Islam. Jangan sampai karena ketidaktahuan kita, malahan menjadi pendukung kontes ini. Ingatlah kaum perempuan adalah kehormatan yang seharusnya dilindungi. Jangan sampai mereka tergadaikan hanya karena keuntungan meteri dan limpahan harta semata. Apakah kita tidak sadar bahwa perempuan adalah kaum ibu kita, kaum anak perempuan kita, kaum kakak dan adik kita. Apakah kita rela mereka dihinakan? Sementara kehormatannya menjadi rendah. Serendah-rendahnya binatang melata? Tentu jawabnya tidak.
Pelajaran yang penting dan paling penting adalah esensi umat ini butuh syariah. Umat sudah menginginkan diatur kembali Syariat Islam yang menaungi kehidupannya. Umat sudah capek dan muak diatur demokrasi. Yang ide demokrasi bertentangan dengan Islam. Syariah inilah yang tidak hanya melindungi perempuan. Lebih dari itu akan melindungi umat manusia. Syariah Islam yang memuliakan wanita dengan perannya. Serta menjadi mereka sebagai pendidik dan pencetak generasi emas Islam.
Saya menyimpulkan bahwa ajang Miss World di Indonesia merupakan suatu hal yang tidak perlu diributkan atau dipermasalahkan dengan pelik. Banyak hal positif yang didapatkan dari ajang ini seperti yang telah saya jelaskan diatas. Panitia Miss World telah mempersiapkan ini dari beberapa tahun yang lalu, dan sudah memperoleh izin dari komisi wanita dan kementrian pariwisata Indonesia. Pertanyaannya jika Miss World dibatalkan, lantas moral bangsa ini langsung menjadi baik dan benar?
Jadi, kesimpulannya adalah pro dan kontra sangat wajar terjadi, karena banyaknya perbedaan di Indonesia. Tetapi janganlah jadikan perbedaan tersebut menjadi hal yang perlu diributkan secara anarkis, marilah mencoba membuka pikiran terbuka dan positif dengan perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan itu menjadi sesuatu hal yang indah. Moral bangsa menjadi hancur atau rusak tidak tergantung dari ajang Miss World tetapi tergantung dari bagaimana mereka menyikapi perbedaan yang ada
SUMBER
http://manado.tribunnews.com/2013/09/27/kontroversi-miss-world-2013
http://gagasanhukum.wordpress.com/2013/09/12/pro-kontra-miss-world-2013/
http://www.suaranews.com/2013/04/menolak-miss-world-dengan-setengah-hati.html
http://regional.kompasiana.com/2013/10/09/pro-dan-kontra-miss-world-599868.html
http://rorophei.blogspot.com/2013/09/pro-kontra-miss-world-di-indonesia.html
http://www.arrahmah.com/news/2013/09/06/alasan-politis-menolak-miss-world-2013.html
0 komentar:
Posting Komentar